Need Add Your Sitemap?

Wednesday 7 November 2007

MAKANAN DAN MINUMAN KEMASAN, AMANKAH?

Masih banyak orang bertanya-tanya, amankah mengonsumsi produk makanan atau minuman kemasan dari segi kesehatan? Agar tidak ragu-ragu lagi untuk mengonsumsi atau tidak produk-produk tersebut, baca habis panduan pakar gizi berikut ini.

Pertumbuhan perusahaan makanan dan minuman kemasan di Indonesia telah mendorong terjadinya perubahan perilaku makan masyarakat. Makan tidak cukup hanya kenyang, tetapi juga harus bergizi dan sehat serta ada unsur tambahan yang menggugah selera.

Banyak makanan dan minuman kemasan yang diproduksi dengan terutama memperhatikan aspek selera, sehingga makanan dan minuman itu disukai kaum tua maupun muda. Minuman ringan yang rasanya menyengat pun ternyata bisa dinikmati oleh anak balita, apalagi junk food berwujud makanan ringan yang memang rasanya menggugah selera.

Kecanggihan teknologi pengolahan makanan, pengemasan, dan penyimpanan secara tidak langsung sebagian memang menguntungkan konsumen. Kalau dulu kita sering jengkel karena susu yang kita buat banyak gumpalannya, kini telah hadir susu instan yang dijamin tidak akan menggumpal. Demikian pula kita bisa merasakan repotnya membuat mi goreng atau rebus, tetapi saat ini dengan mudah orang bisa membeli mi instan yang dapat disajikan dengan cepat dan rasanya tak kalah dengan mi tradisional.

Masih banyak contoh makanan maupun minuman kemasan yang kini dapat dengan mudah dijumpai di berbagai toko, warung, atau pasar swalayan. Pertumbuhan makanan dan minuman kemasan ini demikian cepat sehingga kalau pada waktu PD II dulu hanya bisa dijumpai kurang lebih 1.000 produk kemasan, kini bisa dijumpai lebih dari 10.000 produk yang siap dikonsumsi.

Apa rahasia membanjirnya produk makanan dan minuman kemasan itu? Tak salah lagi, peranan bahan tambahan makanan (BTM) sangatlah besar untuk menghasilkan produk-produk kemasan. BTM bukan cuma zat pengawet tetapi juga aroma stroberi pada minuman ringan serta warna merah pada minuman cocktail. Dalam pembuatan dressing salad diperlukan emulsifiers untuk mencampur minyak dan air agar tidak terpisah.

Salah satu alasan mengapa senyawa kimia diperlukan untuk pengawetan makanan adalah karena berubahnya cara produksi, pemasaran, serta konsumsi suatu makanan. Rentang waktu ketika makanan diproduksi dan ketika mencapai konsumen kini semakin panjang. Di lain pihak, konsumen mengharapkan semua makanan tersedia sepanjang tahun dan bebas dari mikroorganisme pembawa penyakit. Berbagai mikroba dari jamur sampai bakteri merupakan agen pembusuk yang sering menimbulkan masalah pada keamanan pangan.

BTM bermacam-macam

Jika suatu zat kimia yang ditambahkan pada makanan dapat menyebabkan kanker, zat kimia itu harus dilarang pemakaiannya. Ini sebuah prinsip yang telah menjadi hukum di AS dan telah diundangkan sejak 1958. Namun, produsen bisa pula berdalih, bagaimana jika zat kimia itu mampu mencegah racun botulism yang mematikan yang terdapat pada daging kalengan? Nitrit adalah senyawa pengawet itu, yang biasanya ditambahkan pada daging kalengan dan menimbulkan perdebatan berlarut-larut.

Keberadaan BTM adalah untuk membuat makanan tampak lebih berkualitas, lebih menarik, serta rasa dan teksturnya lebih sempurna. Zat-zat itu ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun hasilnya sungguh menakjubkan.

BTM ternyata sudah lama digunakan dalam pengawetan makanan. Orang Romawi kuno menggunakan garam untuk mengawetkan daging, dan sulfur untuk mencegah terjadinya oksidasi pada minuman anggur. Kini, keprihatinan masyarakat semakin bertambah dengan semakin panjangnya daftar BTM. Ini meliputi jenis BTM yang telah diizinkan maupun dari jenis yang belum diteliti.

Pendapat yang sering kontroversial adalah kemungkinan timbulnya kanker akibat BTM. Sebenarnya, kanker adalah penyakit dengan beberapa penyebab yang bersifat kompleks. Sebagian kanker justru diduga disebabkan oleh faktor lingkungan, misalnya asap rokok, polusi udara, sinar ultraviolet, dll. Kanker berkembang sangat lambat dalam tubuh manusia. Biasanya memakan waktu 5 - 10 tahun setelah seseorang kontak dengan bahan karsinogenik (penyebab kanker).

Karena itu mencari penyebab kanker pada manusia menjadi lebih sulit. Untuk menguji suatu zat menyebabkan kanker, maka dilakukan percobaan pada binatang. Secara alami usia hewan percobaan (tikus) adalah 2 - 3 tahun. Karena itu hewan ini mampu memberikan informasi cukup setelah diberi makanan tertentu yang mengandung zat yang diduga bersifat karsinogenik. Munculnya kanker pada hewan percobaan akan membuat kita lebih berhati-hati ketika memilih makanan kemasan yang mengandung zat karsinogenik itu.

Sampai saat ini belum ada dampak langsung (seketika) yang menunjukkan BTM berakibat buruk pada janin dalam kandungan. Namun, pada binatang percobaan terlihat sakarin (pemanis buatan) bersifat racun bagi janin. Meskipun hal ini masih perlu penelitian yang lebih intens, sebaiknya ibu hamil berhati-hati ketika memilih makanan atau minuman kemasan yang mengandung sakarin.

Pada dekade 1970 - 1980-an terjadi perdebatan cukup panjang tentang dampak monosodium glutamate atau MSG (bumbu masak). Tikus muda yang baru lahir mengalami cacat setelah diberi ransum mengandung MSG. Penelitian lainnya menggunakan anak ayam menunjukkan munculnya gejala-gejala mengantuk setelah anak ayam mengonsumsi MSG. Itulah sebabnya MSG pernah dilarang pada makanan bayi di Inggris dan Singapura. Penelitian yang sama, yang dilakukan pada kera dan anjing, ternyata tidak membuktikan hal itu.

Penggunaan bahan pengawet paling banyak digunakan di Indonesia adalah sulfit, nitrit, BHA atau BHT, dan benzoat. Perdebatan para ahli mengenai aman tidaknya behan pengawet itu masih seru. Sebagian orang beranggapan, belum ada BTM yang pernah menyebabkan reaksi serius bagi manusia dalam jumlah yang sering ditemukan pada makanan. Namun, bukti lain menunjukkan, pemakaian dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah kesehatan.

Bahan pengawet sulfit dapat menyebabkan reaksi cukup fatal bagi mereka yang peka. Bagi penderita asma, sulfit dapat menyebabkan sesak dada, sesak napas, gatal-gatal, dan bengkak. Sulfit digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang. Jenis produk seperti jus buah, sosis, dan acar kering sering menggunakan pengawet ini.

Pada 1989 terdapat kasus biskuit beracun yang menelan korban 38 jiwa manusia. Ini akibat mengonsumsi natrium nitrit yang secara tidak sengaja ditambahkan pada makanan karena kekeliruan. Nitrit adalah pengawet pada daging. Pada daging kalengan (corned) nitrit bisa digunakan dengan dosis 50 mg/kg.

Awalnya, nitrit dan nitrat digunakan untuk memperoleh warna merah yang seragam pada daging yang diawetkan. Belakangan diketahui, zat itu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum yang sering muncul pada makanan awetan. Penggunaan nitrit dan nitrat semakin meluas seperti pada pembuatan sosis, ham, dan hamburger.

Jika makanan diawetkan, umumnya akan kehilangan vitamin A dan E. Kedua vitamin itu bersifat sebagai antioksidan untuk mencegah terjadinya oksidasi yang menyebabkan kerusakan. Penggunaan BHA/BHT juga sebagai antioksidan, namun sudah ada penelitian yang membuktikan bahwa BHA/BHT sebenarnya kurang baik karena menyebabkan kelainan kromosom sel bagi orang yang alergi terhadap aspirin.

Pengguanaan pengawet benzoat dimaksudkan untuk mencegah kapang dan bakteri khususnya pada produk sirup, margarin, kecap, selai, jeli, dan cider. Benzoat sejauh ini dideteksi sebagai pengawet yang aman. Di AS benzoat termasuk senyawa kimia pertama yang diizinkan untuk makanan. Senyawa ini digolongkan dalam Generally Recognized as Safe (GRAS). Bukti-bukti menunjukkan, pengawet ini mempunyai toksisitas sangat rendah terhadap hewan maupun manusia. Ini karena hewan dan manusia mempunyai mekanisme detoksifikasi benzoat yang efisien.

Dilaporkan bahwa pengeluaran senyawa ini antara 66 - 95% jika benzoat dikonsumsi dalam jumlah besar. Sampai saat ini benzoat dipandang tidak mempunyai efek teratogenik (menyebabkan cacat bawaan) jika dikonsumsi melalui mulut, dan juga tidak mempunyai efek karsinogenik.

Masih tetap bergizi

Minuman ringan (soft drink) kini bagian tak terpisahkan dari restoran fast food. Selain itu terdapat pula minuman ringan dalam kemasan kaleng atau botol plastik. Minuman ringan mengandung sukrosa (gula) relatif tinggi. Karena itu yang dapat diandalkan dari minuman ini hanyalah kalorinya. Selain itu minuman ini juga mengandung BTM yang diizinkan, seperti asam sitrat. Sebagian minuman ringan mengandung kafein yang mmeberikan efek terjaga bagi orang yang meminumnya.

Minuman bubuk instan dapat dibuat secara mudah dengan menambahkan air, kemudian diaduk, dan siap dinikmati. Sayangnya, komposisi gizi minuman instan ini sering tidak dicantumkan dalam label sehingga konsumen tidak bisa mengetahui unsur gizi apa yang ada di dalamnya dan berapa jumlahnya.

Kalau dulu kita hanya bisa menikmati susu segar, kini beragam produk susu kemasan dapat dengan mudah kita temukan. Sebagian susu kemasan mengandung zat pewarna dan zat penambah cita rasa sehingga susu bisa dinikmati oleh siapa pun termasuk orang yang sebenarnya tidak menyukai susu. Sebagai minuman yang bergizi, susu kemasan tetap dapat diandalkan sebagai sumber protein dan kalsium. Dalam kemasan tetrapak 200 ml, susu mengandung 200 g kalsium dengan protein sekitar 6 g. Sedangkan pada susu sapi segar terkandung 143 g kalsium per 100 ml susu dan kandungan proteinnya relatif sama.

Sebagian dari kita mungkin telah menyadari manfaat minuman terbuat dari jus buah atau sayur. Kita bisa memperoleh beragam vitamin, mineral, dan serat dengan meminum jus tanpa harus merasa terlalu kenyang. Peranan jus kini mulai tergantikan dengan adanya minuman kemasan, baik untuk takaran individu maupun keluarga. Untuk mempertinggi nilai gizinya, ada jus kemasan yang diperkaya dengan vitamin dan mineral. Berbagai jus kemasan yang dijual di pasaran umumnya mengandalkan vitamin C sebagai salah satu gizi unggulan. Dalam kemasan 250 ml kandungan vitamin C berkisar 30 - 50 g. Ini setara dengan satu buah jeruk segar.

Peranan kemasan sangat besar untuk mencegah terjadinya kerusakan vitamin. Penggunaan karton tetrapak ternyata lebih menguntungkan daripada botol. Dalam suhu kamar kerusakan vitamin C dalam minuman kemasan botol dapat mencapai 70% setelah 10 minggu. Tetapi dengan kemasan tetrapak kerusakannya hanya 30%. Penyimpanan dalam lemari pendingin hanya menyebabkan kerusakan 10%.

Sayang sekali, banyak penjual minuman kemasan (khususnya warung-warung) tidak melengkapi diri dengan lemari pendingin sehingga minuman kemasan yang dijual banyak terpapar oleh panas matahari dan menyebabkan kerusakan gizi.

Proses pengemasan itu sendiri sebenarnya tidak banyak merusak nilai gizi. Bahkan sebenarnya konsumen harus merasa bersyukur karena dengan teknologi kemasan kita dapat mengonsumsi beragam makanan dan minuman dengan aneka cita rasa. Daging mempunyai produk olahan yang sudah populer seperti sosis, corned, dan daging asap. Kalau daging sapi mempunyai kandungan protein 18%, maka produk olahannya adalah sebagai berikut: sosis 14,5%, corned (16%), daging asap (32%). Daging asap mengandung protein tinggi karena kadar airnya yang sudah sangat berkurang.

Uji inderawi dan kedaluwarsa

Kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan suatu makanan atau minuman kemasan masih pantas dikonsumsi sulit ditentukan secara kuantitatif. Berbagai analisis laboratorium baik secara kimia, fisik, maupun mikrobiologi dapat digunakan untuk menilai mutu suatu produk, tetapi acap kali sulit diinterpretasi tanpa melibatkan uji organoleptik (uji inderawi).

Uji inderawi dilakukan dengan menggunakan panelis (pencicip yang telah terlatih) untuk menilai mutu makanan atau minuman kemasan akibat pengaruh daya simpan. Uji ini dianggap paling praktis dan lebih murah biayanya. Tetapi ada juga kelemahannya. Misalnya, terdapatnya variasi produk dan variasi kelompok-kelompok konsumen yang mungkin tidak bisa terwakili oleh panelis. Panelis yang berasal dari laboratorium sering bersikap lebih kritis dan mempunyai kecenderungan menilai lebih rendah terhadap suatu produk.

Dalam penentuan daya simpan banyak sekali faktor yang terlibat, tetapi faktor yang sangat menentukan adalah jenis makanan itu sendiri, pengemasan, kondisi penyimpanan, dan distribusi. Dengan kemasan yang baik suatu produk akan terhindar dari pengaruh buruk akibat uap air, oksigen, sinar, panas, dan hama.

Untunglah para produsen makanan dan minuman kini semakin sadar akan perlunya informasi tentang tanggal kedaluwarsa, sehingga hampir semua produk makanan dan minuman sudah mencantumkannya dalam label. Aspek kedaluwarsa ini menjadi tanggung jawab penuh produsen dan distributor, sedangkan konsumen hendaknya lebih memperhatikan aspek gizi dan bahan kimia yang ditambahkan dalam produk itu. (Dr. Ir. Ali Khomsan, dosen Jurusan Gizi Masyarakat & Sumberdaya Keluarga, Faperta IPB)

AWAS! BAHAYA TUMBUHAN OBAT

Selama ini tumbuhan tertentu dipercaya tidak berbahaya bila dikonsumsi, terutama tumbuhan obat. Akibatnya, pemakaiannya menjadi tidak terkontrol. Padahal pada tanaman tertentu konsumsi melebihi batas justru mengganggu kesehatan.

Beberapa tahun belakangan penggunaan bahan alami sebagai obat marak di Tanah Air. Pemicunya, harga obat-obatan sintetis makin mahal. Bahan alami relatif kecil efek sampingannya bila dikonsumsi secara benar. Bahkan, tidak pernah dikhawatirkan akan menimbulkan efek sampingan merugikan. Akibatnya, penggunaan tumbuhan obat menjadi berlebihan tanpa kontrol.

Padahal tidak seratus persen benar bila dinyatakan semua tumbuhan aman untuk dikonsumsi. Sampai batas-batas tertentu, mungkin benar. Akan tetapi bila sudah melampaui batas, justru bahaya yang akan tampil. Pepatah "berhentilah makan sebelum kenyang" sangat relevan dalam hal ini. Tumbuhan obat akan memberikan hasil bila dikonsumsi secukupnya untuk tujuan pengobatan. Namun jangan beranggapan, karena aman dan ingin cepat sembuh, segala macam bahan tumbuhan lalu dikonsumsi tanpa mendalami sifat dan mengontrol dosis atau jumlah yang digunakan.

Penyebab kanker dan kerusakan DNA

Contoh klasik yang dapat diambil sebagai perbandingan adalah dalam penggunaan dringo (Acorus calamus ). Secara tradisional dringo kerap digunakan sebagai bahan penenang dan untuk mengatasi stres. Dringo memiliki kandungan senyawa bioaktif asaron, yang terdiri atas dua isomer, ƒÑ(alfa)- dan ƒÒ (beta)-asaron. Senyawa ini memiliki struktur kimia mirip dengan senyawa golongan amfetamin dan ekstasi.

Dalam dosis rendah dringo dapat memberikan efek relaksasi pada otot dan menimbulkan efek sedatif (penenang) terhadap sistem saraf pusat. Namun, jika digunakan dalam dosis tinggi malah memberikan efek sebaliknya, yaitu meningkatkan aktivitas mental atau populer disebut psikoaktif. Bahkan ƒÒ (beta)-asaron dringo merupakan salah satu senyawa alami yang potensial sebagai karsinogenik atau pemicu timbulnya kanker.

Penggunaan dringo dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan risiko timbulnya kanker jika antibodi yang ada di tubuh tidak bisa mengeliminasi efek karsinogenik dringo. Hasil penelitian di laboratorium terhadap hewan uji coba memperlihatkan, dringo dapat menimbulkan efek genotoksik, yaitu bersifat racun yang dapat mengakibatkan perubahan genetik dari sel, sehingga kerap kali sel-sel tumbuh dan berkembang secara tidak terkendali menjadi tumor atau kanker.

Di samping itu, dringo juga dapat menyebabkan penumpukan cairan di perut, menyebabkan depresi, mengakibatkan perubahan pada jantung dan hati, serta dapat menimbulkan efek berbahaya pada usus. Berdasarkan fakta ilmiah itu, maka dalam beberapa tahun belakangan ini Federal Drugs of Administration (FDA) - Ditjen POM-nya Amerika Serikat - telah melarang penggunaan dringo secara internal karena lebih banyak kerugian yang ditimbulkan daripada manfaatnya.

Pemanfaatan biji pinang (Areca catecu), yang secara tradisional telah digunakan secara luas sejak ratusan tahun lalu, juga memiliki potensi bahaya bagi tubuh. Penggunaan paling populer adalah kegiatan menyirih dengan bahan campuran biji pinang, daun sirih, dan kapur. Ada juga yang mencampurnya dengan tembakau. Diperkirakan, populasi pengguna biji pinang secara berkala dalam berbagai bentuk sediaan mencapai sekitar 500 juta orang.

Biji pinang mengandung arekolin, senyawa alkaloid aktif, yang bila digunakan berlebihan justru membahayakan kesehatan. Senyawa ini sangat potensial sehingga harus digunakan dalam jumlah kecil. Sebanyak 2 mg arekolin murni sudah dapat menimbulkan efek stimulan yang kuat, sehingga dosis yang dianjurkan tidak melebihi 5 mg untuk sekali pakai. Penggunaan serbuk biji sebaiknya tidak lebih dari 4 g. Jika digunakan pada dosis 8 g, akan segera berakibat fatal.

Arekolin bersifat sebagai sitotoksik dan sistatik kuat. Secara in vitro (dalam tabung reaksi), penggunaan arekolin dengan konsentrasi 0,042 mM (milimol) mengakibatkan penurunan daya hidup sel serta penurunan kecepatan sintesis DNA dan protein. Arekolin juga menyebabkan terjadinya kegagalan glutationa, yaitu sejenis enzim yang berfungsi melindungi sel dari efek merugikan.

Biji pinang juga mengandung senyawa golongan fenolik dalam jumlah relatif tinggi. Selama proses pengunyahan biji pinang di mulut, spesies oksigen reaktif (radikal bebas) akan terbentuk dari senyawa fenolik itu. Adanya kapur sirih yang menciptakan kondisi pH alkali akan lebih merangsang pembentukan oksigen reaktif itu. Oksigen reaktif inilah salah satu penyebab terjadinya kerusakan DNA atau genetik sel epitelial dalam mulut.

Kerusakan dapat berkembang menjadi fibrosis submukosa, yaitu salah satu jenis kanker mulut, yang telah menjangkiti sekitar 0,5% pengguna biji pinang. Selain berakibat jelek terhadap mulut, tanin biji pinang juga dapat menimbulkan luka pada mulut dan usus, yang jika dibiarkan dapat berakhir pada munculnya kanker.

Kandungan berbahaya lain pada biji pinang adalah senyawa turunan nitroso, yaitu N-nitrosoguvakolina, N-nitrosoguvasina, 3-(N-nitrosometilamino) propionaldehida dan 3-(N-nitrosometilamino) propionitrile. Keempat turunan nitroso ini merupakan senyawa bersifat sitotoksik (meracuni sel) dan genotoksik (meracuni gen) pada sel epithelial buccal, dan juga dapat menyebabkan terjadinya tumor pada pankreas, paru-paru, hidung, dan hati. Pada hewan percobaan, senyawa nitroso biji pinang juga terbukti dapat menyebabkan efek diabetogenik atau pemunculan diabetes secara spontan.

Para penderita asma juga harus ekstrahati-hati terhadap biji pinang. Ia dapat menimbulkan efek kontraksi pada saluran pernapasan, yang berasosiasi dengan kambuhnya serangan asma. Inhalat dua jenis alkaloid dari biji pinang yaitu arekolin (5,2 mg/ml) dan metakolin (1,6 mg/ml) dapat menyebabkan kontraksi saluran pernapasan, yang ditandai berkurangnya volume pengeluaran udara dari saluran pernapasan sebesar 20% pada penderita asma. Bahkan, ada beberapa pasien asma yang mengalami penurunan volume pengeluaran udara sebesar 30%, 150 menit setelah mengunyah biji pinang.

Interaksi negatif dengan obat sintetis

Tumbuhan obat juga bisa menimbulkan masalah kesehatan bila dikonsumsi bersama obat sintetis. Meskipun semula penggunaan itu dimaksudkan untuk memperoleh efek penyembuhan lebih signifikan dalam waktu relatif pendek. Akan tetapi, penggabungan itu boleh saja dilakukan sepanjang sudah diyakini bahwa obat sintetis yang digunakan tidak memberikan hasil interaksi yang malah merugikan kesehatan.

Salah satu contohnya, penggunaan biji pinang dalam waktu bersamaan dengan obat sintetis yang mengandung flupentiksol, prosiklidina, flufenazina, prednison, dan salbutamol, dapat menimbulkan efek jaw tremor. Selain itu dapat juga mengakibatkan terjadinya kekakuan, akithesia, serangan asma, dan bradikinesia, yaitu produksi bradikinin yang berlebihan sehingga menimbulkan alergi (kulit bentol-bentol dan gatal).

Contoh lain, Gingko biloba jika berinteraksi dengan aspirin (obat yang berpotensi sebagai penghilang rasa sakit) dapat menimbulkan hyphema (perdarahan dalam rongga anterior mata) secara spontan. Jika ekstrak Gingko biloba dalam tubuh berinteraksi dengan parasetamol yang banyak terdapat pada obat penurun demam, dapat menimbulkan efek sampingan bilateral subdural haematoma (penimbunan darah di dalam rongga subdural yang berasal dari kedua pembentuk rongga yakni duramater dan araknoid).

Beberapa pasien yang menggunakan bahan tersebut secara bersamaan dilaporkan terserang subarachnoid haemorrhage (perdarahan intrakranial ke dalam ruang subaraknoid) dan subdural haematoma (penimbunan darah di dalam rongga subdural). Jika interaksi terjadi antara ekstrak Gingko biloba dengan warfarin, akan timbul intracerebral haemorrhage (perdarahan dalam serebrum), sedangkan interaksi dengan obat-obatan mengandung diuretik thiazina akan berakibat munculnya hipertensi atau darah tinggi.

Dua tumbuhan obat yang dipercaya sebagai aprodisiak, yaitu ginseng (Panax spp.) dan ginseng siberia (Eleutherococcus senticoccus) juga dapat menimbulkan efek negatif jika berinteraksi dengan obat sintetis. Interaksi ginseng dengan obat-obatan mengandung fenelzina dapat menimbulkan sakit kepala, tremor, dan mania. Ekstrak ginseng juga dapat meningkatkan pengaruh alkohol karena ekstrak ginseng dapat meningkatkan aktivitas dari enzim alkohol dehidrogenase dan aldehida dehidrogenase.

Sedangkan interaksi ekstrak ginseng siberia dengan digoxin (suatu glikosida kardiotonik berupa kristal jernih sampai putih dengan rumus kimia C41H64O14) dapat meningkatkan konsentrasi digoxin dalam tubuh, sehingga dosis yang terdapat dalam tubuh atau bagian tubuh tertentu lebih tinggi dari dosis yang semestinya dibutuhkan.

Dalam liquorice atau kayu manis cina (Glycyrrhiza glabra) yang sangat populer dalam campuran obat tradisional Cina terdapat senyawa glisirizina, yang jika berinteraksi dengan prenidsolona akan menyebabkan terjadinya penurunan penyebaran plasma dan meningkatkan konsentrasi prenidsolona dalam plasma. Interaksi dengan obat kontrasepsi oral akan menimbulkan hipertensi, edema (pembengkakan jaringan karena peningkatan jumlah cairan dalam jaringan), dan hipokaemia. Efek ini timbul karena obat kontrasepsi oral dapat meningkatkan kesensitifan penggunanya terhadap asam glisirizin pada ekstrak liquorice. Dilaporkan, wanita lebih sensitif terhadap liquorice daripada pria.

Interaksi ekstrak St. John's wort (Hypericum perforatum), yang dewasa ini banyak terdapat dalam food supplement impor untuk menjaga kesehatan wanita, dengan beberapa senyawa obat sintetis inhibitor percepatan serotonin seperti trazodona, sertralina, dan nefazodona dapat menimbulkan sindroma serotonin sedang. Ekstrak tumbuhan ini juga dapat meningkatkan konsentrasi teofilina di dalam tubuh bila digunakan secara bersamaan.

Sebaliknya, jika digunakan bersama siklosporin, malah dapat mengurangi konsentrasi siklosporin dalam serum sehingga menyebabkan tidak efektifnya penggunaan antibiotik tersebut. Jika dikombinasikan dengan kontrasepsi oral seperti etinilestradiol atau desogestrol, dapat mengakibatkan perdarahan. Sedangkan interaksi asam jawa (Tamarindus indica) dengan aspirin dapat meningkatkan kemampuan aspirin sehingga efek aspirin bisa menjadi lebih kuat dari yang dibutuhkan.

Untuk itu, dalam menggunakan obat-obatan, food supplement, ataupun ramuan tradisional untuk menunjang kesehatan tubuh sangat perlu dipahami sifat-sifat dari bahan itu. Tidak semua tumbuhan obat aman untuk dikonsumsi, apalagi dalam jumlah tidak terkontrol. Jika menggunakan bahan tumbuhan secara bersamaan dengan obat-obat sintetis, hendaknya terlebih dahulu memahami sifat bahan tumbuhan dan membaca secara teliti bahan aktif dari obat sintetis itu.

Dari sini bisa diketahui apakah penggunaan kedua bahan itu secara bersamaan dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Perlu juga diketahui, suatu tumbuhan dalam dosis tertentu dapat memberikan manfaat untuk menunjang kesehatan. Akan tetapi pada dosis lebih tinggi mungkin saja bahan itu bersifat racun bagi sel-sel atau organ di dalam tubuh. (Andria Agusta, Lab. Fitokimia, Puslitbang Biologi-LIPI, Bogor)

10 KIAT HIDUP SEHAT TANPA OBAT

Hidup yang multikompleks dewasa ini membuat kita bisa terlanda "penyakit" aneh yang sulit diatasi, baik oleh kekebalan tubuh sendiri maupun obat-obatan. Bagaimana kiatnya agar kita tetap sehat tanpa harus sering berobat.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa tubuh kita mempunyai sistem kekebalan yang mampu melindungi badan dari serangan penyakit. Itu kalau sistemnya bekerja! Kadang-kadang suka ngadat.

Kalau sudah begitu, ya apa boleh buat! Kita terpaksa berobat. Namun, niscaya juga tidak ada salahnya, mencoba berbagai kiat hidup mencegah penyakit tanpa tergantung pada obat-obatan. Di mana-mana, mencegah sebelum terjadi itu lebih baik daripada mengobati yang sudah telanjur marak. Berikut 10 tips yang dapat dipakai untuk itu:

1. Kenali diri Anda, baik fisik maupun kejiwaan

Ini agak filosofis, memang, tetapi sebenarnya justru di sini letak kunci segalanya. Dengan mengenali diri sendiri, kita dapat mengetahui kelemahan fisik tubuh kita, lalu dapat memutuskan apa yang baik dan boleh dilakukan bagi tubuh, dan apa yang tidak.

Orang yang tanpa disadari telah keenakan menyantap makanan yang asin secara berlebihan, misalnya, lama-kelamaan merasakan tubuhnya berubah, seperti cepat merasa pusing, berkurang keseimbangan tubuhnya, dan sering merasakan aneka gejala tidak enak badan. Setelah memeriksakan badan ke dokter, baru diketahui tubuhnya mulai mengidap "penyakit" tekanan darah tinggi. Kalau sejak itu ia berusaha sungguh-sungguh untuk mengurangi makanan asin dan berlemak, sambil melakukan olahraga ringan secara teratur, maka "penyakit"-nya tidak mudah kumat, dan ia tidak perlu sering pergi ke dokter lagi.

Bila Anda mempunyai keluhan seperti itu, seyogianyalah mencontoh orang yang mengenal kelemahan dirinya sendiri itu. Begitu juga orang yang mudah marah dan sukar mengendalikan diri karena tidak mengenal kekurangan dirinya sendiri. Setelah mengenal kelemahannya, dan mau memperbaiki kebiasaannya yang merugikan, lama-lama ia mahir menjaga agar tidak mudah terpancing emosinya. Itu berkat ia berusaha mengenal dirinya sendiri juga.

2. Tidak terburu-buru merasa sakit

Hanya karena bersin, batuk, atau agak demam, orang telah memutuskan untuk minum obat. Padahal acap kali setelah dibiarkan tiga hari, gejala sakit itu hilang sendiri. Tubuh memang mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan sendiri. Hanya dengan beristirahat cukup, gejala sakit itu sudah hilang sendiri. Gejala pusing kadang bahkan dapat hilang hanya karena menghirup udara segar di taman yang tidak tercemar udara knalpot.

Gejala batuk dan bersin memang merupakan tanda serius juga, bahwa tubuh sedang berusaha mengeluarkan kuman penyakit dari saluran pernapasan. Demam berkeringat merupakan tanda tubuh sedang melawan serangan kuman. Kalau gejala itu berlangsung selama tiga hari, karena beratnya serangan, ya apa boleh buat, kita ke dokter untuk konsultasi medis.

3. Mengusahakan variasi makanan sehari-hari

Melakukan variasi santapan, berangkat dari asumsi bahwa ada bahan makanan tertentu yang lebih bermanfaat daripada jenis makanan biasa sehari-hari. Kalau ini kita pakai sebagai selingan bagi jenis makanan sehari-hari, maka kedua kelompok bahan itu dapat saling melengkapi. Bila kita terbiasa makan daging ayam dan sapi, sebaiknya mengubah kebiasaan itu, dan sekali-sekali makan ikan segar, tempe, dan tahu sebagai selingan. Bahan ini mempunyai kadar lemak tak jenuh yang banyak, dan berpotensi mengurangi risiko tekanan darah tinggi.

Sebaliknya, kalau kita terbiasa makan ikan, tempe, dan tahu telur saja sehari-hari, pada suatu kesempatan makan santapan istimewa pada kondangan temanten, atau arisan keluarga besar, ambil saja daging ayam atau sapi. Protein daging hewan berperan mempertahankan laju pertumbuhan tubuh dan mengganti sel-sel jaringan yang rusak.

Begitu juga dengan sayuran. Kalau hari demi hari kita makan sayur mayur hijau, karena beranggapan bahwa yang serba hijau itu pasti bagus, sesekali perlu variasi menyantap sayuran dan buah-buahan tidak hijau, seperti tomat, wortel, jagung muda, paprika merah (sebagai sayur), pisang, mangga, apel, jeruk (sebagai pencuci mulut).

4. Menyesuaikan konsumsi dengan tingkatan umur

Jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh berbeda-beda bergantung pada umur, jenis kegiatan, dan kondisi tubuh (dalam keadaan sakit atau sehat). Pada anak-anak dan remaja yang sedang giat-giatnya tumbuh, kelima unsur dalam makanan (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, serta air) sangat diperlukan, sehingga tidak perlu dibatasi.

Sebaliknya, pada orang dewasa dan lanjut usia, pembatasan itu mutlak perlu. Karbohidrat dan lemak sebagai penghasil energi harus dikurangi jumlahnya, mengingat kegiatan fisik mereka sudah menurun. Cara mengurangi karbohidrat dan lemak ialah dengan mengurangi porsi nasi dan goreng-gorengan.

Sebaliknya, vitamin dan mineral serta air justru harus dimakan dengan cukup. Zat-zat ini sangat perlu untuk memperlancar metabolisme dalam tubuh, dan meningkatkan daya tahannya. Hanya perlu diingat bahwa yang paling baik ialah memakai vitamin alamiah, seperti yang terkandung dalam buah dan sayuran segar.

Sedangkan air yang diminum harus yang steril, aman dari kuman, seperti air mineral yang benar memenuhi syarat sebagai air mineral. Boleh juga air biasa yang selalu sudah direbus lebih dulu. Lebih kurang 60% dari bobot badan kita berupa air atau cairan. Itu berarti kita harus minum air lebih banyak daripada unsur makanan yang lain. Orang yang sedang sakit dan terpaksa minum obat, malah harus minum air lebih banyak lagi. Penderita "penyakit" sulit buang air, bisa tertolong dari penderitaannya dengan setiap hari minum 2 - 3 gelas air putih sebelum pergi ke belakang.

Konsumsi protein pada orang dewasa dan lansia juga perlu dikurangi, meskipun tidak sebanyak pengurangan karbohidrat dan lemak. Cara mengurangi protein ini ialah dengan mengganti menu makanan sumber protein hewani dengan makanan sumber protein nabati, yang kadar proteinnya kurang atau hanya sedikit. Misalnya, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.

5. Berolahraga secara teratur sesuai kemampuan

Berolahraga bertujuan memperlancar peredaran darah, dan mempercepat penyebaran impuls urat saraf ke bagian tubuh atau sebaliknya, sehingga tubuh senantiasa bugar. Banyak orang berpendapat, tanpa olahraga pun kita sebenarnya juga sudah bergerak badan mirip olahraga, kalau melakukan pekerjaan fisik sehari-hari seperti menyapu lantai, membersihkan rumah, mencuci, dan menjemur pakaian. Tetapi apakah "olahraga" semacam ini dapat kita lakukan secara teratur dan berkesinambungan? Itu masalah tersendiri!

Diperlukan kemauan yang kuat, berdasarkan keyakinan bahwa olahraga itu mutlak perlu agar badan tetap bugar, karena peredaran darah diperlancar tadi. Pada gilirannya ini dapat meningkatkan kekebalan tubuh.

Para penderita tekanan darah tinggi, penyakit jantung, infeksi paru-paru, dan kencing manis, hendaknya berkonsultasi ke dokter dulu untuk mengetahui jenis olahraga apa yang cocok. Biasanya olahraga yang intensitasnya rendah dan dilakukan tidak terlalu lama.

Orang normal yang tidak mengidap penyakit, sangat baik memilih olahraga yang kapasitas aerobiknya tinggi seperti renang, aerobik yang high impact, naik sepeda stasioner, dan joging.

6. Selalu menjaga kebersihan

Lingkungan bersih di rumah, halaman, dan kompleks hunian memberi suasana segar dan nyaman. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kelompok rumah yang mempunyai halaman dan lingkungan tertata baik, hijau, dan asri, mempunyai persentase kesehatan penghuninya jauh lebih baik daripada kelompok rumah miskin tanaman.

Lingkungan bersih membuat tubuh kita juga bersih, baik jasmani maupun rohani. Kondisi ini mampu mencegah penyakit jasmani seperti infeksi kulit, alergi debu, flu, bronkitis, dan "penyakit" rohani seperti stres, frustrasi dan depresi, biang kerok menurunnya sistem kekebalan tubuh.

7. Meluangkan waktu untuk bersantai

Meluangkan waktu tidak berarti minta istirahat lebih banyak daripada bekerja produktif sampai melebihi kepatutan. Tidak! Meluangkan waktu untuk istirahat itu sebentar saja, dan ini perlu, untuk setel kendo sejenak di antara ketegangan jam sibuk bekerja sehari-hari. Ini perlu dilakukan secara rutin.

Bersantai juga tidak berarti harus melakukan rekreasi yang melelahkan, tetapi cukup berkumpul membicarakan masalah keseharian dengan rekan sekantor, tetangga atau keluarga di rumah. Bukan tidak mungkin, mereka dapat membantu memecahkan masalah, atau setidak-tidaknya meringankan beban pikiran.

Bersantai seorang diri dengan merenung dan mawas diri juga perlu. Makin sering dan rutin ini dilakukan, makin bagus keseimbangan jiwa kita. Tidur nyaman juga bentuk bersantai seorang diri. Stamina akan pulih dengan cepat, dan keseimbangan hormon dalam tubuh juga cepat tercapai.

Tubuh letih dan pikiran kusut kalau dibiarkan berkepanjangan (sampai dibawa ke kamar tidur), akan menurunkan daya kerja sistem kekebalan tubuh. Pada gilirannya memudahkan serangan penyakit.

8. Back to nature

Trend pada awal dekade 1990-an di negeri Barat ini dilandasi pengalaman bahwa gaya hidup pada zaman modern mendorong orang mengubah kebiasaan makan, seperti misalnya lebih sering menyantap makanan kalengan, sambal botolan, atau buah awetan. Juga jarang bergerak badan karena kemudahan memakai alat bantu rumah tangga, seperti mencuci pakaian dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan penyedot debu, bepergian dengan kendaraan, padahal cuma dekat dan lebih sehat dilakukan dengan jalan kaki. Tubuh kita jadi manja, karena jarang bergerak, sehingga mudah sakit karena lembek.

Sebaliknya, seorang pendekar silat, walaupun hidup di tengah zaman modern, selalu sehat tubuhnya karena masih sering berjalan kaki, latihan rutin dengan menggerakkan badan, dan tidak memakai alat bantu hasil teknologi modern yang membuat orang jadi lembek.

Untuk kembali dekat dengan alam, kita bukannya harus ikut menjadi pendekar silat, tetapi setidak-tidaknya menghindari bahan makanan kalengan, dan malah memperbanyak makan sayuran dan buah yang segar.

9. Mengolah pernapasan

Mengolah pernapasan berarti mengatur cara dan frekuensi bernapas agar lebih efisien. Dengan menghirup udara (oksigen) perlahan-lahan dalam hitungan 15 kemudian melepaskannya kembali pelan-pelan juga dalam hitungan 15, kita bisa menahan oksigen dalam badan lebih lama daripada biasanya. Oksigen akan dipakai oleh organ tubuh secara efektif, walaupun jumlahnya cuma sedikit.

Selama ini kita bernapas dengan frekuensi yang tidak teratur. Kadang lambat, kadang cepat. Oksigen yang diirup juga cepat keluar lagi. Belum sampai dimanfaatkan dengan baik, sudah keburu keluar. Dalam satu menit kita benapas lima kali atau lebih.

Tetapi, dengan latihan teratur frekuensi bernapas itu bisa kurang dari lima kali dalam semenit. Setiap kalinya selalu dalam, dan berdaya guna. Akibatnya, oksigen yang dihirup cukup sedikit saja, tetapi sudah efektif. Organ tubuh akan menyesuaikan diri dengan ketersediaan oksigen yang sedikit ini, dan itu justru menguntungkan tubuh. Sebab, dengan oksigen sedikit, tetapi toh sudah efektif itu, tubuh tidak kebanjiran hasil pernapasan berupa CO2 banyak-banyak, yang tidak baik bagi kesehatan.

10. Menggemari bacaan kesehatan

Ungkapan "Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta" sangat pas untuk menyindir orang yang ingin tubuhnya sehat, tetapi tidak mau bersusah payah mendekati bacaan tentang kesehatan. Kalau dekat, kita akan tahu seluk-beluk kesehatan itu lebih baik, dan kemudian dapat memakainya untuk menyusun siasat menghindari gangguan penyakit. (Nur Khalis)

Mengintip Masa Depan Matahari

Bila diamati, bintang-bintang di langit ternyata tidak semuanya tunggal. Banyak di antaranya berpasangan. Melalui pengamatan terhadap bintang-bintang itu, masa depan Matahari bisa diketahui.

Coba kita bayangkan, betapa indahnya langit di malam cerah. Berjuta bintang bertaburan memancarkan cahayanya. Karena pergerakan udara di atmosfer Bumi, cahaya bintang itu tampak berkedip-kedip meskipun sebenarnya tidak. Makin cerah langit, makin terang kedip-kedip mereka.

Itu baru dengan mata telanjang. Lebih indah lagi bila menggunakan alat bantu astronomi macam teleskop. Bintang yang bisa diamati semakin banyak jumlahnya walau tidak lebih besar tampilannya. Masih tampak seperti titik-titik cahaya, hanya saja terlihat lebih terang.

Lebih mengejutkan lagi kalau diamati dengan teropong Zeiss milik Unit Pelaksana Teknis (UPT) Observatorium Bosscha, Institut Teknologi Bandung (ITB). Bintang yang tadinya terlihat tunggal, ternyata banyak sekali yang berpasangan. Tiap pasangan seperti lengket bak muda-mudi yang lagi asyik berpacaran. Dalam astronomi mereka dinamai bintang ganda. Bintang inilah yang menjadi salah satu objek pengamatan utama Observatorium Bosscha, yang maskotnya berupa kubah raksasa tempat berteduh teropong Zeiss.

Memiliki refraktor ganda berdiameter 60 cm dengan panjang titik api 10,7 m, teropong Ziess dilengkapi teropong pencari berdiameter 40 cm dan kisi difraksi di muka lensa utama.

Masa depan Matahari

"Bintang di langit terang itu lebih dari 50%-nya bintang ganda. Bintang ini, yang kita lihat sebagai bintang tunggal, ternyata dengan teleskop (Zeiss) bisa diketahui terdiri atas dua, tiga, atau empat bintang. Mereka saling mengorbit satu sama lain," jelas Dr. Moedji Raharto, kepala UPT Observatorium Bosscha. Orbit inilah yang diamati dari Bumi. Melalui pengamatan itu, massa bintang bisa dihitung.

Pengamatan massa bintang ini, ungkap Moedji Raharto, untuk mengetahui masa depan Matahari. Bintang-bintang itu tidak lain adalah matahari-matahari yang sangat jauh letaknya. Matahari yang kita kenal selama ini merupakan bintang paling dekat dengan kita. Masa depan Matahari, struktur evolusinya, reaksi pembangkit energi yang ada di pusatnya, sampai berapa miliar tahun lagi mau bersinar, apakah cahayanya tetap seperti sekarang, apakah tiba-tiba tambah panas atau tambah dingin, dan sebagainya, bisa dipelajari melalui pengamatan bintang-bintang. Setidaknya, hasil dari mempelajari bintang-bintang itu bisa meyakinkan kita bahwa 10 tahun lagi, misalnya, matahari masih tetap bersinar.

Sistem bintang ganda sendiri dibedakan atas dua kelas, yakni bintang ganda jauh dan dekat. Bintang ganda jauh adalah bintang ganda yang tampak terpisah ketika diamati dengan teleskop. Bintang ganda ini relatif lebih klasik, kurang menyajikan pengetahuan fisik bintang bagi astronom. Studi objek ini lebih banyak berkisar pada penentuan orbit, massa, struktur komponen-komponen, dan evolusi yang pada dasarnya memberikan tambahan data pada katalog-katalog bintang serupa yang sudah dipublikasikan.

Periode orbit bintang ganda jauh mencapai puluhan hingga ribuan tahun. Sekadar contoh, sistem bintang ganda L (alpha) Centauri memiliki periode orbit 80 tahun. Mengingat umur manusia rata-rata 70 tahun, maka maksimal hanya sekali manusia dapat menyaksikan perputaran bintang itu. Periode orbit berikutnya, maaf saja, tidak bisa disaksikan lagi. Karena itu tidak begitu banyak astronom tertarik untuk menelitinya.

Sementara pada bintang ganda dekat, sifat kegandaannya terungkap melalui teknik-teknik pengamatan spektroskopik (spektrum cahaya) dan fotometrik (kekuatan cahaya). "Bintang-bintang macam itu tentunya tidak bisa diamati dengan teknik yang ada di teropong Zeiss," tambah Moedji. Melalui pengamatan teleskop, tidak bisa dilihat komponen-komponennya secara terpisah. Sistem bintang ganda dekat inilah yang saat ini menjadi konsentrasi penelitian astronomi. Di samping periodenya pendek (umumnya memiliki orde harian), juga menampilkan beragam fenomena fisik menakjubkan.

Evolusi bintang

Sejak selesai dibangun pada 1928 oleh Karel Albert Rudolf Bosscha (15 Mei 1861 – 26 November 1928), pengusaha perkebunan teh di Malabar, bersama Nederlands Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV, perkumpulan ahli bintang Hindia Belanda), hingga sekarang Observatorium Bosscha telah memiliki koleksi sekitar 9.000-an data dari sekitar 400-an bintang ganda jauh. Menurut Moedji, kita tidak mungkin mengamati semua bintang ganda jauh. Pengamatan dilakukan satu hingga tiga tahun sekali untuk mengetahui apakah posisinya berubah atau tidak.

Pengamatan bintang ganda jauh penuh dengan hal-hal menarik. Seperti halnya manusia, bintang mengalami proses kehidupan: lahir, tumbuh dan berkembang, serta akhirnya mati. Proses yang sering disebut evolusi bintang itu berlangsung kira-kira jutaan hingga miliaran tahun. Bintang yang terbentuk hampir tidak ada yang sama persis. Banyak sekali yang sedikit berbeda, tapi mirip.

Proses terbentuknya bintang itu berawal dari awan gas dan debu antarbintang. Di antara atom-atom awan terjadi tarik-menarik akibat gaya gravitasi hingga membentuk nebula protobintang (kabut calon bintang), yang mengerut, memanas, dan mulai bersinar. Ketika mengerut, pusatnya mencapai suhu jutaan derajat Celcius, cukup panas untuk berlangsungnya reaksi nuklir penghasil energi bintang. Dengan energi itu, tekanan radiasi di pusat bisa mengimbangi keluruhan angkasa bintang akibat gaya gravitasi. Dengan demikian bintang dapat stabil. Daya desak dari luar ditahan tekanan radiasi dari dalam.

Pada pembentukan bintang ganda dekat, kontraksi akibat gaya gravitasi antarpartikel dalam nebula selama jutaan bahkan miliaran tahun, akhirnya melahirkan dua bola gas padat. Keduanya sangat panas sehingga di masing-masing intinya terjadi reaksi fusi (penggabungan dua atom hidrogen menjadi helium).

Pada tahap itu protobintang yang masih bersembunyi di balik sisa-sisa nebula cuma memancarkan radiasi inframerah. Sisa nebula di sekitarnya merupakan sumber emisi pada panjang gelombang radio. Radiasi inframerah tidak akan pernah sampai ke permukaan Bumi lantaran terserap uap air dalam atmosfer. Usia masing-masing komponen sistem sangat ditentukan oleh massanya. Makin besar massa bintang, perjalanan evolusinya makin cepat.

Terancam lingkungan sekitar

Data-data hasil pengamatan yang dilakukan Observatorium Bosscha tadi berupa data fotografi. "Ke depan, Observatorium Bosscha akan melangkah dari fotografik ke elektronik. Kami sedang melakukan eksperimen untuk menggunakan detektor elektronik, supaya tetap bisa mengoleksi data. Jadi, meneruskan sesuatu yang sudah dirintis orang-orang terdahulu. Kalau sekarang datanya berupa fotografi lalu diukur, nantinya menggunakan data elektronik," ungkap Moedji. Perangkat kerasnya berupa Chart Couple Device (CCD).

Keunggulan detektor elektronik ini, kuantum efisiensinya tinggi sekali. Kalau pada detektor fotografi cuma 1%, ia bisa mencapai lebih dari 60%. Jadi, diharapkan bisa mengumpulkan data (objek) lebih lemah. Kelemahannya, detektor elektronik tidak bisa membuat data sebesar plat fotografi. Kalau pun ada, mungkin biayanya sangat mahal. "Bila kelak alat canggih itu telah kami gunakan, kami tetap menggunakan teleskop yang ada. Teleskop ini memiliki keunggulan berupa titik api yang panjang. Artinya, dia dapat mengamati lebih rinci objek-objek langit. Keuntungan lainnya, bidang fokusnya datar, sehingga dengan detektor elektronik masih cocok," tambahnya.

Sayangnya, aktivitas pengamatan yang berguna untuk menganalisis masa depan Matahari sebagai sumber kehidupan makhluk Bumi, terancam oleh ulah manusia sendiri. Saat ini, Observatorium Bosscha, yang terletak di 107o BT dan 6o49’ LS pada ketinggian 1.310 m dari permukaan laut, menghadapi kendala polusi cahaya lampu yang terang benderang dari Bandung dan sekitarnya. Bahkan beberapa ratus meter dari Observatorium Bosscha pun sudah tumbuh rumah-rumah, yang pasti akan mengeluarkan cahaya di malam hari.

"Pada dasarnya kami ingin memelihara lingkungan ini agar tidak getting worse," harap Moedji. Kalau tidak, suatu saat keberadaan Observatorium Bosscha menjadi tidak ada artinya. Tanpa disadari lingkungan Osevatorium Bosscha memang menjadi tidak bersahabat. Padahal ketika didirikan, lingkungan observatorium itu sangat ideal. Ia berada di tengah-tengah perkebunan teh yang nyaris bebas dari polusi asap dan cahaya. Kita tidak tahu, apakah pembangunan sudah berlangsung di sana-sini dengan tiba-tiba itu akibat ketidaktahuan orang dan sebagainya. Pemda juga tidak tahu bagaimana menyetopnya. Seminar juga sering dilakukan. "Dulu ‘kan rencana detail tata ruang (RDTR) belum dibuat sehingga secara hukum sukar untuk melarang," tambahnya.

Sebetulnya, yang menjadi pokok masalah adalah polusi cahaya itu paling besar bersumber dari lingkungan paling dekat dengan observatorium. Karena itu, pada radius 2,5 km perlu dilakukan pembenahan permukiman. Dari topografinya jelas di radius itulah yang akan banyak sekali terjadi konflik kepentingan dan juga berpotensi mengundang orang untuk berlomba-lomba membangun.

Memang ada usulan untuk memindahkan observatorium ini, yang ketika baru dibangun merupakan salah satu dari 17 observatorium di belahan bumi selatan, dan satu-satunya yang berlokasi amat dekat dengan katulistiwa. Akan tetapi, ide ini juga bukan menjadi jalan keluar terbaik, sehingga sulit diterima.

"Untuk sementara ini kami harapkan, ada kesadaran masyarakat atau yang lebih tinggi lagi untuk mengurangi cahaya lampu berlebihan, terutama lampu pekarangan atau penerangan di luar rumah. Secara bertahap barangkali bisa sadar untuk tidak membangun lebih luas. Tapi kesadaran ini ternyata hanya suatu harapan. Bagaimanapun kami masih memiliki suatu harapan," ujar Moedji.

Semoga saja harapan ini bisa didengar, direnungkan, dan bisa menumbuhkan rasa empati. Siapa tahu, dari sana kepedulian terhadap aset bernilai pendidikan tinggi ini bangkit dan berlanjut dengan tindakan nyata. Maka, para astronom bisa tetap bekerja dengan baik dan astronomi di negeri ini bisa terus berkembang untuk diwariskan kepada anak cucu. Mereka pun masih berkesempatan mengintip indahnya bintang-bintang di langit secara lebih jelas. (I Gede Agung Yudana)

GAGAL PANGKAL SUKSES

"Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda". Begitu pepatah yang sering diucapkan seseorang kepada sahabatnya yang sedang mengalami kegagalan. Tujuan penyampaian pepatah itu tentu untuk menyuntikkan semangat bahwa kegagalan bukanlah kiamat atau akhir dari segalanya.

Benarkah demikian? Kegagalan memang bisa bersifat positif apabila kita dapat menarik manfaat dari kegagalan itu. Sebaliknya, akan menjadi negatif apabila dianggap palang pintu yang tidak dapat ditembus lagi, lalu membuat orang menyerah pada nasib.
Agar kegagalan tidak menjadi momok mengerikan, ada delapan hal yang bisa dilakukan:

1. Bersikap positif terhadap kegagalan

Sikap positif merupakan dasar utama untuk memahami bahwa kegagalan bukan sesuatu yang harus ditakuti. Tanpa adanya sikap positif, kita akan merasa seolah-olah hidup di alam mimpi, tidak ingin berbuat apa-apa lagi karena takut gagal.

Bersikap positif artinya mampu memandang suatu kegagalan sebagai peristiwa hidup yang harus dialami. Kita siap untuk menerima kegagalan kapan saja dan dalam bentuk apa pun. Kegagalan bukanlah "virus" atau "monster" yang perlu ditakuti.

2. Mencari penyebab

Ada dua faktor utama penyebab kegagalan, yakni faktor internal dan eksternal.

Faktor internal adalah faktor penyebab yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Mungkin karena kurang hati-hati dalam melakukan sesuatu atau karena menganggapnya remeh atau enteng, maka kita tidak melakukannya dengan sepenuh hati. Tidak perlu mencari kambing hitam, melainkan dengan kebesaran jiwa dan kebesaran hati kita harus mengakui, diri kita sendirilah penyebab kegagalan itu.

Faktor eksternal adalah faktor penyebab di luar diri sendiri. Misalnya, persaingan dengan orang lain. Mungkin kemampuan orang itu sama atau melebihi kemampuan kita sehingga memperbesar peluang kegagalan kita.

3. Melakukan identifikasi

Kita perlu mencoba untuk mengidentifikasi apa saja faktor-faktor penyebab kegagalan, kemudian mencoba mengatasinya. Tentu saja tidak perlu sekaligus mengatasi semua penyebab kegagalan. Kalaupun dipaksakan untuk mengatasi sekaligus bersama-sama, hasilnya tidak akan maksimal. Usahakan memprioritaskan penyebab utama, baru penyebab-penyebab lainnya.

Caranya, dengan mencatat hal-hal yang sering membuat kita gagal, apakah faktor internal atau eksternal. Mengatasi faktor internal tentu lebih sulit dibandingkan dengan faktor eksternal. Namun, tidak ada cara lain kecuali menentukan skala prioritas terhadap hal yang mesti diatasi.

4. Melakukan evaluasi diri

Pada umumnya apabila mengalami kegagalan, yang pertama kali kita salahkan adalah pihak lain. Jarang yang mau mengakui dirinya bersalah. Dengan mengevaluasi diri berarti kita berusaha mengakui kesalahan itu. Mau mengevaluasi diri juga berarti kita bersikap dewasa dan bijaksana, karena berani bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan. Evaluasi diri sekaligus melatih untuk semakin mengerti tentang diri kita sendiri.

5. Menggali kekuatan diri

Kegagalan sebenarnya bukan merupakan tanda kita tidak mempunyai kekuatan dalam diri. Kita hanya belum mengenal atau mampu menggunakan kekuatan itu secara maksimal. Cobalah wujudkan kekuatan positif. Gali potensi-potensi yang sangat mungkin untuk dikembangkan. Kita akan berhasil menginventarisasi potensi-potensi apabila terus berusaha mengenali kekuatan kita.

6. Mengenali kelemahan diri

Tidak bisa dipungkiri, salah satu penyebab kegagalan adalah kelemahan dalam diri. Kelemahan itu dianggap wajar. Mungkin karena kurang menguasai atau kurang mampu mengerjakannya.

Rata-rata orang memang tidak mempunyai keberanian untuk menggali kelemahan diri. Padahal, ketakutan merupakan cermin belum siapnya kita mengakui sisi kelemahan diri kita.

Meneliti kelemahan sendiri sebenarnya merupakan kesempatan untuk melakukan koreksi diri. Sebaliknya, bila tidak mau mengakui kelemahan, seolah-olah kita hidup dalam dunia maya, karena tidak akan pernah melihat diri kita yang sebenarnya.

Ingat, dengan mengenali kelemahan, kita akan dapat memperbaiki diri.

7. Melihat peluang

Hendaknya kita pandai-pandai melihat peluang. Kegagalan sebenarnya menyimpan berbagai kesempatan yang dapat diubah menjadi hal yang menguntungkan hidup kita.

Namun, acap kali kita menganggap kegagalan mengandung makna negatif. Peluang dapat diperoleh apabila mau belajar dari kegagalan itu sendiri serta mampu menyiasati hal-hal yang membuat kita gagal. Perlu disadari, yang kita alami bukanlah suatu ancaman bagi kehidupan kita, melainkan kesempatan untuk mengubah hidup kita menjadi lebih efektif.

8.Trial and error

Trial and error merupakan salah satu tolok ukur atau alat ukur bahwa kita ingin mengubah kegagalan menjadi kesuksesan. Tinggal sejauh mana kita mau dan berani mencoba kembali kegagalan itu. Sebelum mencoba kembali, hendaknya dipikirkan masak-masak langkah yang akan ditempuh. Kalau pun terjadi kesalahan kembali, jangan segan-segan melakukan revisi dan mencoba kembali sampai akhirnya berhasil mengatasinya.

Kunci utamatrial and error adalah ketekunan dan sikap pantang menyerah dalam uji coba mengatasi kegagalan. (E. Widijo Hari Murdoko, S.Psi., alumnus Fakultas Psikologi UGM)

Akibat Perselingkuhan

Minggu, 13 Februari 2000. Alangkah senangnya Tantri karena besok, 14 Februari, usianya genap 21 tahun. Untuk itu ia sudah menyiapkan pesta, tentu dengan mengundang teman-temannya. Agar hatinya yakin dia tidak lupa mengirim undangan, dia menelepon Raisa, sahabatnya.

Di Garut malam-malam Raisa kaget mendapat telepon itu. "Tenang saja. Aku pasti datang Senin malam. Tapi mungkin agak malam. Ibu menyuruhku mampir ke rumah Tante Kori. Lalu aku menjemput Lisa di rumahnya. Kuusahakan kami sudah tiba sebelum acara mulai."

Liontin hadiah ulang tahun

Esoknya, Senin pagi, dengan wajah segar dan ceria Raisa sudah di dalam bus menuju Bandung. Raisa tidak keberatan meski harus jauh-jauh pergi ke Bogor, demi sahabatnya.

Tantri sedang mencoba gaun pesta ketika telepon di kamarnya berdering. Suara di seberang sana sudah tidak asing lagi di telinganya. Dari Lisa di Bandung yang mengabarkan urung datang karena penyakit ibunya kambuh.

"Oh iya, tadi Raisa ke rumah menjemput aku. Jadi, dia pasti datang. Anggap saja ia mewakili aku, OK?" Setelah mengucapkan selamat, dan - kembali - minta maaf, Lisa menutup telepon.

Tantri menarik napas dalam-dalam. Untung Raisa bisa datang. Ulang tahun tanpa sahabat dekat tentu tidak meriah.

Dering telepon membuat Danu Sasmita terperanjat. Entah mengapa sejak mengantar Raisa, putri tunggalnya, ke terminal hatinya tidak tenang. Apalagi setelah menerima telepon dari Kori, adik iparnya, yang menanyakan Raisa, yang belum juga muncul di rumahnya di Bandung. Selain itu, kata Kori, teman Raisa yang berulang tahun telah menelepon, menanyakan apakah Raisa sudah berangkat dari Bandung.

Meski sempat waswas, Danu menenangkan diri dengan menduga, Raisa yang langsung ke Bogor, belum tiba di Bogor. Selasa pagi Danu menelepon kembali Kori untuk menanyakan kabar Raisa. Jawaban Kori justru menambah khawatir. Ia makin gelisah ketika Tantri bertanya, kenapa Raisa tidak kunjung datang.

Dengan berbekal nomor telepon dari Tantri, Danu menelepon hampir semua teman Raisa. Namun, semua mengaku tidak tahu.

Sudah dua hari Raisa menghilang. Bukan hanya Danu, pasangan suami-istri Anwar dan Kori pun melapor ke polisi. Namun, belum ada titik terang yang menunjukkan keberadaan Raisa.

Empat hari kemudian, berbagai media massa memberitakan ditemukannya sesosok mayat wanita muda di daerah Ciranjang, Cianjur. Mayat tanpa identitas itu ditemukan seorang pencari kayu bakar, di sebuah lubang di hutan pinus.

Dari ciri-ciri yang diberitakan Danu curiga mayat tersebut adalah Raisa. Dengan diantar petugas kepolisian Garut dan Anwar, adiknya, Danu pergi ke Ciranjang, tempat mayat ditemukan. Rasa penasaran mendorongnya untuk melihat mayat yang mulai membusuk.

Danu limbung, untung Anwar sigap menangkapnya.

"Bapak mengenalinya?" tanya seorang polisi. Danu mengangguk dengan air mata yang tak lagi mampu ditahan. Ia yakin, itu jasad Raisa. Tandanya, seutas kalung dengan liontin berinisial RIS yang melingkar di leher mayat itu. Danu ingat, liontin itu hadiah pemberiannya di ulang tahun ke-17 Raisa. RIS artinya Raisa Indrawati Sasmita.

Pacarnya tak melayat

Usai diautopsi, jasad Raisa dikuburkan di pemakaman keluarga di Bandung. Dari pemakaman, Inspektur Satu Polisi (Iptu) Agung ditemani Sersan Satu Tatang menemui Danu dan istri di rumah Anwar. Danu tidak merasa ada yang aneh saat mengantar Raisa ke terminal, untuk merayakan ulang tahun Tantri di Bogor. Lagipula bukan satu-dua kali Raisa pergi ke luar kota.

Selama dua tahun terakhir Raisa tinggal bersama paman dan tantenya, karena harus menyelesaikan kuliah di sebuah universitas di Bandung. Saat liburan saja Raisa pulang, ke rumah orang tuanya di Garut.

Menurut Danu, kecil kemungkinan Raisa punya musuh. Raisa pandai bergaul hingga temannya banyak. Kalau ke Garut, Raisa tidak pernah mengeluhkan masalah apa pun. Dia selalu pulang dengan wajah ceria. Cerita Danu diperkuat oleh keterangan Kori dan Anwar. Selama tinggal bersama mereka, Raisa selalu berperilaku baik.

Teman-teman Raisa pun sependapat. Malah, diketahui pula kalau Raisa menjalin hubungan dengan teman kuliahnya, yakni Dito. Iptu Agung pun melihat, banyak teman Raisa ada di rumah Anwar membantu keluarga Danu mengurusi proses pemakaman Raisa, kecuali Dito.

Usai menemui Danu, Iptu Agung menghampiri Tantri di kamar Raisa. Gadis manis itu duduk termenung dengan mata sembap, saat Iptu Agung duduk di hadapannya.

Dengan suara berat sambil sesekali menghapus air mata, Tantri bercerita tentang Raisa yang periang, pandai bergaul, namun juga sangat iseng. Keisengan itu terkadang membuat orang lain jengkel. Dito pun pernah jadi "korban".

"Bagaimana ceritanya?" tanya Iptu Agung penasaran.

"Saat itu saya, Lisa, Mimi, Sari menginap di sini. Niatnya, membuat makalah. Tapi akhirnya kami ngobrol ke sana-kemari," tutur Tantri, "tiba-tiba Raisa mengajak bertaruh."

Kalau Raisa menang, selama seminggu Tantri dan teman-teman harus mentraktir makan. Selain itu, ulang tahun Tantri yang bertepatan dengan hari Valentin harus dirayakan di vila di Bogor. "Tapi, kalau Raisa kalah, cincin kesayangannya hadiah ulang tahun dari Dito, akan diserahkan. Kami setuju."

Bentuk taruhannya sederhana. Raisa akan menelepon Dito lalu memintanya datang. Padahal hari sudah malam, sedang hujan lebat pula. Tantri dan teman-teman yakin Raisa akan kalah. Ternyata tidak, Raisa menang.

"Mengapa Dito mau datang?"

Sambil menatap foto Raisa di meja belajar, Tanri berkata, "Raisa mengatakan, ia hamil dan minta Dito bertanggung jawab. Bila Dito tidak datang, Raisa akan memberi tahu semua orang. Kalau sebaliknya, ia akan tutup mulut dan menyelesaikan masalah itu. Dito pun panik dan cepat-cepat datang."

Iptu Agung menatap Tantri dalam-dalam, "Benarkah Raisa hamil?"

"Enggaklah Pak, itu 'kan akal-akalannya saja agar menang. Keisengannya memang selalu membuat jantung deg-degan. Yang kenal Raisa, tahu itu. Selain Dito, kami dan Om Nugroho pun pernah dibuat kalang kabut."

"Om Nugroho? Siapa dia?"

"Teman Om Anwar."

Menurut Tantri lagi, sejak itu Raisa dan Dito jarang akur. Apalagi Dito mulai melirik cewek lain yang juga sekampus. Itu terjadi dua minggu sebelum Raisa pulang ke Garut. Orang tua Raisa sama sekali tidak tahu kalau Raisa mempunyai kekasih bernama Dito.

Setelah dirasa cukup, Iptu Agung bermaksud pamit. Saat ia hendak beranjak pergi, seorang pria berpostur tegap masuk, menyalami orang-orang di sana, lalu langsung memeluk Anwar.

Anwar memperkenalkan laki-laki itu pada Danu Sasmita dan Iptu Agung. Nugroho mengangguk hormat ke arah Danu dan Agung. "Saya turut berduka cita, Pak. Sungguh tidak disangka. Rasanya baru kemarin saya melihatnya," tambahnya.

"Kami juga tidak menduga. Semoga pembunuhnya cepat tertangkap," sahut Anwar sambil mengepalkan tangan gemas.

"Anda kenal Raisa?" pertanyaan mendadak Iptu Agung mengejutkan Nugroho.

"Tentu, Pak. Saya sering bertemu dengannya kalau ke sini, dia anak baik," jawab Nugroho gugup.

Agung mengangguk sambil mengajak Sertu Tatang untuk pamit.

Cincinnya di pacar baru

Pukul 07.00, Iptu Agung diberi tahu anak buahnya tentang tamu yang sudah sedari 15 menit menunggunya.

"Saya Lisa, sahabat Raisa. Saya tidak bisa tinggal diam, Pak. Saya takut kecurigaan saya benar," ujar gadis berambut panjang itu memperkenalkan diri.

Lisa datang atas permintaan Tantri. Sebelumnya Lisa telah bercerita pada Tantri tentang semua kecurigaannya.

"Kemarin di rumah sakit saya bertemu Sasti. Kebetulan neneknya seruang dengan Ibu saya. Kami ngobrol, sampai akhirnya dia memperlihatkan cincin di jarinya. Saya kaget, itu cincin Raisa!"

"Sasti? Siapa dia?" Iptu Agung penasaran.

"Pacar baru Dito. Kebetulan dia teman saya di SMP. Katanya, cincin itu pemberian Dito, sebagai hadiah Valentin sekaligus hari jadian mereka. Aneh 'kan, Pak? Soalnya, terakhir kali bertemu Raisa, saya lihat cincin itu masih di jarinya."

"Kapan itu?"

"Tanggal 14, Pak. Saya dan Raisa berencana berangkat bareng ke vila Tantri di Puncak. Waktu itu Raisa diantar Dito menjemput saya di rumah saya di Dago."

"Mengapa baru sekarang Anda melaporkan?"

"Baru kemarin saya tahu Raisa meninggal, ya dari Sasti itu. Awalnya saya tidak percaya. Tapi setiba di rumah saya, Tantri sudah menunggu dan mengabarkan berita duka itu. Saya jadi curiga pada Dito."

Menurut dia, karena Lisa batal ke Bogor, Dito akan mengantar Raisa sampai Bogor.

"Pukul berapa mereka berangkat dari rumah Anda?"

Lisa mengernyitkan dahi, mengingat-ingat. "Sekitar pukul 14.30, Pak. Kami berangkat bersama. Mereka juga mengantar saya dan Ibu ke rumah sakit."

"Anda yakin cincin yang dipakai Sasti itu milik Raisa?"

"Saya hapal benar. Modelnya unik dan lucu, berbentuk hati. Tanya saja Tantri, ia pasti sependapat dengan saya."

"Apa Anda yakin Raisa langsung pergi ke Bogor? Tidak mampir dulu ke tempat lain?"

"Yakin, Pak. Setelah mengantar saya, Dito yang tampaknya sedang kesal cepat-cepat mengajak Raisa ke Bogor. Alasannya, agar tidak kemalaman di jalan," tutur Lisa.

Sakaw saat diinterogasi

Berbekal keterangan Lisa, Iptu Agung memanggil Dito dan Sasti.

Pengakuan Sasti yang tinggi semampai itu sama seperti yang diucapkannya pada Lisa. Ia mengaku, baru kenal Dito dua minggu silam. Perkenalan itu menjadi makin serius. Buktinya adalah cincin itu.

"Apa Anda kenal Raisa?"

"Raisa? Tidak. Tapi, saya tahu orangnya. Dito juga pernah cerita, Raisa itu mantan pacarnya. Kasihan, ia meninggal dengan cara mengenaskan."

"Tahukah Anda, cincin itu milik Raisa?"

Sasti kaget. Matanya menatap tajam Iptu Agung. "Kata siapa, Pak?!"

"Ada yang bilang, itu cincin Raisa. Bahkan, masih dipakai pada 14 Februari. Coba ceritakan lagi, kapan tepatnya Anda menerima cincin ini?" desak Agung.

Dengan kesal Sasti mengatakan, Dito memberikan cincin itu pada 14 Februari malam, pukul 21.30. Saat itu Dito dan teman-temannya merayakan hari Valentin di sebuah diskotek. "Kalau ada yang mengatakan cincin ini milik Raisa, pasti karena dia iri pada saya dan Dito."

Saat Dito dimintai keterangan, pemuda ganteng bertubuh ceking itu menjawab dengan berbelit-belit. Sikap yang membuat Iptu Agung kesal itu juga mengesankannya terlibat dalam pembunuhan Raisa.

Apalagi saat Agung bertanya, ke mana Dito dan Raisa pergi setelah mengantar Lisa ke rumah sakit. Dito hanya mengaku, ke rumah teman tanpa menyebutkan nama dan alamat sang teman. Untuk pemeriksaan lebih lanjut Dito terpaksa mendekam dalam tahanan kepolisian.

Di hari kedua pemeriksaan Dito mengaku, tidak mengantar Raisa ke terminal Leuwi Panjang melainkan ke depan kompleks perumahan tempat tinggal Raisa. Selanjutnya, dia tidak tahu ke mana Raisa pergi.

"Bukankah Anda mengatakan pada Lisa, akan mengantar Raisa ke Bogor?"

"Awalnya begitu, Pak. Tapi di jalan Raisa malah minta diantar ke rumah tantenya. Belum sampai di rumahnya, ia pun minta berhenti. Katanya, mau naik becak saja."

"Saat itu Anda sedang kesal dengan Raisa. Mengapa?"

Dito tidak segera menjawab. Kepalanya menunduk, butir-butir keringat membasahi dahinya.

"Tolong jawab!" ulang Iptu Agung.

Dito menarik napas berat, "Saya kesal karena Raisa minta dijemput di terminal, minta diantar ke mana-mana. Tapi tidak sekalipun minta maaf, malah minta putus."

"Minta maaf? Untuk soal apa?" tatap Agung.

"Eh … eh … suatu malam Raisa menelepon saya, dan mengaku hamil. Ia meminta saya datang. Ternyata, semua hanya tipuan. Saya jadi objek taruhan antara dia dan teman-temannya. Sejak itu hubungan kami renggang. Apalagi teman-temannya selalu mempengaruhi agar menjauhi saya," jawab Dito pelan.

"Mengapa?"

"Entahlah, Pak."

"Mengapa Anda panik saat diberi tahu bahwa Raisa hamil?"

"Saya amat mencintainya. Selama berpacaran, saya berusaha tidak melakukan hal yang melewati batas. Tentu saja saya kaget waktu Raisa mengaku hamil. Saya marah. Saya pikir Raisa pasti melakukannya dengan orang lain."

Lalu Iptu Agung bertanya tentang cincin yang diberikan pada Sasti. Dito mengatakan, cincin itu dikembalikan Raisa sebagai tanda putus. Dengan kesal dan marah ia langsung pergi. Dia tidak peduli ke mana Raisa pergi. Ia sengaja memberikan pada Sasti untuk memanas-manasi Raisa, agar menyesal telah mengembalikan cincin itu.

"Saya menyesal membiarkannya sendiri. Kalau saya tahu bakal begini .... " suara Dito tertahan, dia mengusap matanya yang berkaca-kaca.

"Kata Anda, setelah mengantar Raisa, Anda mengunjungi teman. Siapa namanya dan di mana alamatnya?"

Heran, Dito tak menjawab, tubuhnya menggigil, wajahnya memucat. Dari hidungnya keluar cairan bening. Dengan tangan gemetar Dito menghapusnya.

"Anda sakit?" tanya Agung.

Meski Dito menggeleng, Agung tanpa membuang waktu meminta anak buah membawa Dito ke rumah sakit.

Dari hasil pemeriksaan diketahui, Dito positif memakai obat-obatan terlarang. Rupanya saat diinterograsi Dito sakaw.

Sedari awal Agung sudah curiga dengan keadaan Dito. Apalagi melihat gaya hidup Dito yang bebas dan penuh hura-hura. Kini selain tersangka utama pembunuh Raisa, Dito juga dicurigai sebagai pengedar narkoba.

Dua orang yang dicurigai

Inspektur Satu Agung mempelajari kembali hasil autopsi Raisa. Di antaranya disebutkan Raisa meninggal akibat pukulan di belakang kepala. Pukulan yang diduga dilakukan secara bertubi-tubi itu mengakibatkan bagian belakang kepalanya retak. Kemudian tubuh korban dibenamkan di sebuah lubang, yang lalu ditutupi dedaunan.

Diduga pelakunya adalah orang yang kenal dengan korban. Tidak ada tanda-tanda perkosaan ataupun perampokan, kecuali cincin dan semua kartu identitas hilang.

Tempat penemuan mayat jauh dari keramaian dan tidak dilewati kendaraan umum. Jangankan kendaraan besar seperti bus, angkot pun tidak akan sampai ke hutan pinus itu. Artinya, Raisa atau si pelaku tidak menggunakan kendaraan umum, mungkin kendaraan pribadi.

Dari semua informasi itu, makin jelas kemungkinan Dito sebagai tersangka utama. Saat mengantar Raisa, Dito menggunakan sepeda motor. Ia pun tidak punya alibi antara waktu mengantar Raisa dan menjemput Sasti pada pukul 20.00.

Agung tinggal menunggu pengakuan Dito, yang kini dirawat di rumah sakit. Sekeluar Dito dari perawatan, serangkaian pemeriksaan menunggunya.

Belum usai merapikan kertas laporan, datang Sertu Tatang yang melaporkan temuannya.

"Apa anehnya dia ada di kafe?" tanya Agung dengan dahi berkernyit.

"Yang janggal adalah orang yang bersamanya. Bapak pasti tidak menduga."

Agung memajukan kursi, tanda penasaran.

Ternyata Tatang melihat tante Raisa berduaan dengan pria yang bukan suaminya, yakni Nugroho.

"Nugroho?" Agung mengingat-ingat.

"Benar Pak, kita pernah bertemu dengannya di rumah Anwar saat pemakaman Raisa. Dia datang saat kita akan pulang."

"Lalu?"

"Menurut pelayan, mereka memang pelanggan kafe itu. Sepertinya mereka menjalin hubungan."

Agung mengangguk-angguk, rasanya penemuan ini perlu ditindaklanjuti dan diselidiki. Apalagi ia ingat cerita Tantri tentang Nugroho yang pernah dibuat kalang kabut oleh Raisa.

Sersan Tatang mulai menjalankan tugas untuk mencari tahu sejauh mana hubungan keduanya. Ia menyamar sebagai pelanggan kafe. Dengan bantuan pramusaji bernama Bino, Sersan Tatang tahu hari dan jam berapa dua insan itu biasa bertemu.

Tidak dipungkiri lagi, Kori dan Nugroho memang menjalin hubungan asmara. Mereka layaknya remaja yang mabuk cinta, berkencan dan bermesraan, tak peduli sekitarnya.

Hasil investigasi itu dilaporkannya kepada Iptu Agung. Untuk membuktikan kecurigaannya yang tiba-tiba muncul di benaknya, Agung meluncur ke tempat kos Tantri.

"Wah kedatangan Bapak benar-benar kejutan, ada yang bisa kami bantu, Pak?" sergah Tantri dan Lisa, yang tak disangka ada di sana.

"Benar. Saya ingin bertanya soal Nugroho. Anda pernah bilang, Raisa sempat mengerjai Nugroho, benarkah?" Agung menatap Tantri.

"Sebenarnya saya kurang tahu, Pak. Karena saya tidak begitu mengenal Om Nugroho. Raisa yang pertama kali mengenalkannya. Raisa mengatakan, ingin ngerjain Om Nugroho, karena tahu rahasia Om Nugroho. Bila berhasil, si Om tidak akan sering-sering datang ke rumahnya, khususnya saat Om Anwar tidak ada di rumah."

Namun seingat Lisa, Raisa memang pernah menggarap Om Nugroho. Beberapa waktu lalu Raisa mengajak Tantri, Lisa, Didit, Ami, dan Lim Yie makan-makan. Setelah memesan makanan, Raisa menelepon Om Nugroho, yang datang tak lama kemudian. Setelah makanan ludes, Raisa mengajak pergi teman-temannya, membiarkan Om Nugroho yang membayar.

"Waktu kami tanya, kenapa Om Nugroho yang membayar. Jawaban Raisa cuma, 'rahasianya ada padaku'."

Tiba-tiba Tantri ingat sesuatu. "Oh ya, sebelum pulang ke Garut, Raisa pernah menelepon ke telepon genggam Om Nugroho. Ia mengatakan ingin bertemu untuk membicarakan hal penting dan rahasia. Kalau tidak datang, rahasianya akan dia bocorkan. Saya sempat bertanya, tapi Raisa menolak memberi tahu. Ia berjanji akan bercerita saat ke Bogor nanti."

Tantri menduga, "Jangan-jangan Tante Kori berselingkuh dengan Om Nugroho. Saya pernah melihat mereka berduaan di taman belakang rumah. Saya tidak yakin Dito yang membunuh Raisa. Meski saya tidak suka pada Dito, tapi saya tahu Dito sangat sayang pada Raisa. Mungkinkah Om Nugroho membunuh Raisa? Bukankah ia punya motif? Itu kalau dugaan saya benar, Raisa sudah tahu itu. Agar aman, satu-satunya jalan adalah melenyapkan Raisa."

Namun Lisa membantah, "Belum tentu Tante Kori ada main dengan Om Nugroho. Saya lebih curiga pada Dito. Selama ini kita tidak tahu kalau Dito memakai obat terlarang. Tampaknya Raisa tahu bahwa Dito pengedar ganja. Ia akan melaporkannya ke polisi. Daripada mendekam di penjara, Dito memilih menghabisi Raisa. Saya yakin Raisa diajak mampir ke Ciranjang, lalu dihabisi di hutan pinus itu. Iya kan, Pak?"

Mendengar argumen keduanya Iptu Agung hanya tersenyum, "Ya kita akan mencari siapa pelakunya."

Dalam hati Agung memuji kejelian kedu gadis itu. Memang tak tertutup kemungkinan Nugroho terlibat pembunuhan itu, namun Agung juga melihat Dito punya peluang menjadi pelaku.

Sersan Tatang membawa laporan yang lebih lengkap. Di perusahaan yang dipimpin Anwar, Nugroho adalah staf yang segera dipromosikan menjadi wakil direktur. Sedangkan salah satu pemegang saham perusahaan garmen itu adalah Danu Sasmita.

Menurut tetangganya yang ditanyai Sersan Tatang, Nugroho dikenal sebagai suami penurut dan takut istri. Ia sering ketakutan kalau istrinya sedang marah-marah.

Dari Beno, pelayan kafe, Tatang mendapat informasi penting, Senin sore, 14 Februari, Nugroho tampak bersama seorang gadis muda berusia 20-an. "Saya ingat, hari Jumat malam dan Senin sore, dia membawa gadis cantik itu ke sini,

"Saya pikir dia dapat gacoan baru. Padahal minggu malamnya, saat acara Valentin yang tiap tahun diadakan di sini, ia dinobatkan sebagai pasangan serasi dengan wanita yang sering bersamanya. Hebat dia, bisa dapat cewek muda dan pintar bagi-bagi waktu," kata Beno sambil tertawa penuh arti.

Kunci berikutnya adalah istri Nugroho. Ketika Iptu Agung mendatangi rumahnya, Nugroho sedang ke luar kota. Ines, istri Nugroho, sempat heran polisi itu menanyakan jam berapa suaminya pulang pada tanggal 14 Februari.

Kata Ines, "Dia memang pulang malam karena ada rapat penting di kantor. Apalagi sebentar lagi ia akan naik pangkat menjadi wakil direktur, otomatis kesibukannya bertambah." Ines yakin suaminya yang penurut, tidak berani berbuat macam-macam. Agung iba dan prihatin melihat Ines. Dia pikir dengan menguasai dan mengendalikan Nugroho, suaminya itu akan selalu setia.

Agung mulai menghubungkan kematian Raisa, semua laporan Sersan Tatang, cerita Tantri dan Lisa, serta pengakuan Ines.

Dua tuntutan

Inspektur Satu Agung segera mengatur siasat. Bersama beberapa anak buahnya ia menjemput Nugroho di bandara. Tentu saja ini mengagetkan Nugroho.

Semula Nugroho keberatan dan memprotes saat dibawa ke kantor polisi, meski Agung memperlihatkan surat perintah. Namun, dengan sejumlah bukti-bukti dan saksi yang menyatakan melihatnya bersama Raisa pada hari Senin sore, akhirnya Nugroho tunduk.

Di kantor polisi, tanpa mengalami kesulitan berarti Agung berhasil mengorek pengakuan Nugroho.

"Sore itu saya melihat Raisa akan naik becak untuk pulang ke rumah Kori," akunya. Lalu ia mengajak Raisa berjalan-jalan, dan mampir ke kafe‚ tempat ia biasa mangkal bersama Kori.

"Selama ini Raisa tahu tentang perselingkuhan kami. Ia mengajukan tuntutan bila ingin rahasia mereka terjamin. Tapi ia selalu mengundur-undur waktu untuk mengatakan tuntutannya," tutur Nugroho dengan suara berat sambil tiap sebentar menghapus keringatnya.

Hari Senin itu Raisa akan mengatakannya. Pertama, ia minta diantar ke tempat ulang tahun temannya di Bogor. Nugroho menyanggupi.

Namun sesampai di daerah Ciranjang, Raisa mengubah niat. Ia minta turun, karena akan meneruskan perjalanan dengan bus. Sebelum pergi Raisa mengajukan syarat kedua, minta dibelikan mobil. Jika tidak terpenuhi, ia mengancam akan membeberkan rahasia perselingkuhan itu ke paman dan ayahnya. Celaka, itu artinya Nugroho bukan saja bisa kehilangan kedudukan, tapi juga pekerjaan. Raisa yakin kalau sampai tahu kejadian itu, pamannya akan memecat dia.

Tapi dari mana Nugroho mendapatkan uang untuk membeli mobil? Apa pula nanti yang harus dikatakan pada istrinya? Nugroho bingung.

Sebelum Raisa naik bus jurusan Bogor, Nugroho membujuknya kembali ke mobil untuk membicarakan tuntutan itu.

Setelah Raisa naik, Nugroho membelokkan mobil ke daerah Ciranjang. Ketika Raisa protes dan memberontak, Nugroho mendorongnya hingga membentur pintu mobil. Raisa pun pingsan. Nugroho terus mengemudi hingga masuk ke pelosok Ciranjang sampai tiba di hutan pinus.

"Saya tidak bermaksud membunuhnya, saat dia siuman saya memintanya untuk mengubah tuntutannya. Kalau tidak ia akan saya tinggal di hutan pinus itu. Tapi Raisa malah berteriak-teriak dan lari. Saya kalap. Saya kejar dia, lalu saya pukul kepalanya dengan sepotong kayu. Saya baru sadar ketika tahu ia tewas. Saya sungguh menyesal ...."

Lalu, Nugroho menyembunyikan tubuh Raisa dengan membenamkannya ke sebuah lubang. Lubang itu ditutupi dengan dedaunan dan ranting-ranting. Nugroho pun mengambil semua kartu identitas Raisa, lalu membuangnya di jembatan Citarum. Jejak ban dan bekas darah tidak ditemukan karena tersapu hujan lebat yang turun tiap hari.

Dengan pengakuan Nugroho, Dito terbebas dari tuntutan pembunuhan. Namun dia tetap diproses hukum karena terbukti menyalahgunakan obat-obat terlarang. Apalagi kesatuan reserse narkotika berhasil meringkus sekelompok pemuda yang berpesta shabu. Sebagian dari mereka mengenal Dito karena biasa membeli benda haram itu dari Dito.

Setelah kelompok pestanya tertangkap, Dito mengaku, usai mengantar Raisa, ia ke rumah Alex. Bersama beberapa temannya, ia merayakan Valentin dengan pesta putaw. Dia sengaja tidak mengatakannya pada Iptu Agung karena takut aktivitas kelompoknya ketahuan. Ia pun merasa bersalah telah meninggalkan Raisa sendiri sehingga harus menemui nasib tragis. (Fiksi/R. Yuliantina)